Bersepeda menjadi kegiatan olahraga yang menyenangkan untuk dilakukan sendiri maupun bersama kerabat. Namun hal tersebut akan berubah drastis saat Anda mencoba kegiatan bersepeda Mountain Bike Downhill. Tidak sulit untuk memacu sepeda Anda, namun tantangan terbesar justru datang dari rintangan yang harus dilewati. Seperti tikungan yang tajam atau bebatuan yang siap membuat Anda lebam atau terluka. Memang berbahaya jika Anda tidak memiliki teknik yang cukup untuk menghadapinya.
Atlet downhill Indonesia, Risa Suseanty, menjelaskan bahwa seperti namanya bersepeda downhill lebih banyak dilakukan di lokasi pegunungan. Namun dapat pula dilakukan pada area yang memiliki elevasi cukup tinggi. Prestasi Risa dalam olahraga ini seperti meraih lima medali emas SEA Games.
Untuk kategori perlombaan, Risa memaparkan, bahwa perlombaan downhill biasanya ditempuh dengan jarak sekitar 2 km. Setiap atlet yang ikut umumnya menyelesaikan lomba dalam jangka waktu 2 hingga 5 menit. “Walau sebagai olahraga yang dekat dengan alam bukan berarti trek yang ada terbentuk secara alami. Beberapa rintangan diciptakan untuk lebih memberikan tantangan,” jelasnya.
Dari tingkat kesulitannya, Risa juga memaparkan bahwa tingkat kesulitan yang tinggi tidak sepenuhnya hadir dari rintangan yang ada pada trek. “Kontur tanah juga terkadang menjadi permasalahan yang sering dihadapi atlit downhill. Kontur tanah liat cukup berbahaya jika dilalui pada saat hujan karena cenderung sangat licin.
Berbeda dengan kontur tanah yang berpasir yang sedikit lebih aman karena lebih nge- grip ban lebih baik,” jelasnya lagi. Time trial atau kecepatan waktu untuk mencapai finis adalah metode untuk menentukan pemenang perlombaan downhill biking. Yang tercepat adalah juaranya, memang terdengar mudah, tapi faktanya downhill adalah salah satu olahraga yang kompleks.
Kondisi fisik atlet haruslah baik, fokus dan konsentrasi yang tinggi untuk bisa memenangkan setiap lomba “Semakin baik atlet melatih ketiga poin penting tersebut, maka kemungkinan besar untuk menjadi juara semakin besar,” ungkapnya. Olahraga ini high risk, tentunya membutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu yang harus dikuasai atlet.
Yang menarik adalah teknik yang ada tidak sepenuhnya untuk mendapatkan waktu yang terbaik. Lebih dari itu, teknik yang digunakan adalah untuk keselamatan atlet itu sendiri. “Teknik jatuh, menabrak pohon, dan beberapa kejadian lain harus dipelajari oleh atlet. Gunanya untuk memperkecil risiko mendapatkan cedera yang lebih parah,” jelas atlet yang pernah mengalami patah tulang rusuk.
Teknik-teknik tersebut tentu berkaitan langsung dengan peralatan keselamatan yang digunakan oleh atlet downhill. Risa mengungkapkan pentingnya peralatan keselamatan yang harus digunakan. Seperti penggunaan helm full face, body protector, neck breaker, elbow pad, dan knee pad. Alat-alat ini sangat efektif untuk mengurangi benturan yang bisa mengakibatkan cedera.