Anda mencari informasi tentang Cara Membuat Tugas Karya Ilmiah? atau tata cara membuat tugas karya ilmiah? Oke, kali ini blog question akan membagikan info atau tips tentang Cara Membuat Tugas Karya Ilmiah yang baik dan benar. Untuk para mahasiswa atau pelajar silahkan simak tips berikut ini, mungkin agak panjang namun ini adalah cara paling benar tentang Cara Membuat Tugas Karya Ilmiah atau Cara Membuat Karya Tulis Ilmiah. Selamat membaca:
1) Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Penulisan Ilmiah
Engineers can’t write. Insinyur tidak dapat menulis dengan baik . Apakah memang benar demikian? Sebetulnya para sarjana atau insinyur ini memiliki modal kemampuan menulis. Pasalnya dia harus sering mengemukakan hasil pekerjaannya kepada rekan kerjanya. Hanya saja kemampuan ini tidak diasah sehingga tumpul. Seorang insinyur yang memiliki kemampuan menulis akan lebih sukses daripada seseorang yang tidak memiliki kemampuan tersebut. Banyak kesalahan yang saya jumpai dalam tulisan mahasiswa yang saya review. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
• salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
• salah dalam menyusun struktur pelaporan,
• salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
• salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
• penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum baik dan benar,
• tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
Jika dalam tulisan ini saya banyak mengacu kepada insinyur, mohon dimaafkan. Bukan maksud saya untuk melupakan para ilmuan (scientists), namun tulisan ini bermula dari kekesalan saya terhadap mahasiswa saya yang notabene adalah calon-calon insinyur di Institut Teknologi Bandung. Tentunya isi tulisan ini dapat juga digunakan oleh orangorang yang bukan insinyur atau calon insinyur.
• tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah),
• isi yang terlalu singkat karena dibuat dengan menggunakan point-form seperti materi presentasi,
• isi justru terlalu panjang dengan pengantar introduction yang berlebihan.
Hal yang menarik dari pengamatan saya adalah mahasiswa seringkali tidak mau melaporkan kegagalan atau kesalahan yang telah dilakukannya. Padahal, kegagalan ini perlu dicatat agar hal itu tidak dilakukan oleh orang lain (yang akan meneruskan penelitian tersebut). Kegagalan bukan sebuah aib! Seorang peneliti pasti mengalami kegagalan. Jadi laporkanlah kegagalan tersebut dan analisa atau dugaan Anda mengapa hal tersebut bisa terjadi. Bayangkan thesis Anda sebagai peta di hutan belantara. Anda memberi tanda bagian yang merupakan jalan buntu, jurang, atau sulit dilalui. “Penjelajah” berikutnya dapat lebih berhati-hati jika melalui jalan tersebut. Ini merupakan sebuah pembahasan tersendiri, yaitu tentang bagaimana ,melakukan penelitian.
2.1
Mengantisipasi Pembaca Tulisan
Hal yang sering terlupakan oleh mahasiswa adalah audience atau pembaca
dari tulisannya. Strategi penulisan akan berbeda jika yang membaca adalah
orang yang mengerti teknis (dosen, insinyur, teknisi) dan orang yang kurang
mengerti teknis (umum). Thesis atau laporan tugas akhir ditujukan kepada
orang yang mengerti teknis. Untuk itu isi dari laporan biasanya lebih teknis.
Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan harus pas. Jika Anda meng-
ganggap bahwa pembaca seorang yang bodoh, maka pembaca akan merasa
terhina (insulted). Coba pikirkan penjelasan kalimat di bawah ini.
Mari kita misalkan biaya produksi dari perangkat ini dengan
bakso. Jika satu mangkok baso harganya 3000 rupiah, berapa
biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli 1000 mangkok ba-
so.
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini.
Mari kita gunakan variabel x sebagai jumlah unit yang akan
diproduksi. Biaya produksi sebuah unit adalah 3000 rupiah.
Maka biaya produksi 1000 unit adalah 1000x.
Dengan menggunakan permisalan mangkok baso, maka Anda telah menghi-
na intelektual pembaca! Tentunya contoh di atas terlalu ekstrim. Kasus
5
yang terjadi tidak seekstrim itu namun mendekati. Misalnya, di bidang
saya (bidang digital), tidak usah menjelesakan Boolean logic pada bagian
pendahuluan dari thesis Anda. Anda hanya akan menghabiskan tempat dan
menghina pembaca pada saat yang bersamaan.
Di satu sisi yang lain, ada juga mahasiswa yang menulis dengan san-
gat kompleks sehingga justru sulit dimengerti. Mungkin dalam pikirannya
adalah ilmu dan teknologi itu secara prinsip harus sulit, sehingga penje-
lasannya pun harus sulit dimengerti. Penulis yang baik adalah penulis yang
dapat menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang sederhana sehingga
mudah dimengerti. Tentunya hal ini dilakukan dengan tanpa merendahkan
intelektual pembaca.
2.2
Kesalahan Struktur
Umumnya struktur dari tulisan yang saya review sudah baik. Namun ada
beberapa kesalahan yang sesekali muncul, seperti:
• tidak ada daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel,
• bagian pendahuluan dan teori-teori pendukung terlalu banyak dita-
mpilkan sehingga mendominasi buku laporan / thesis.
Pernah saya menilai sebuah laporan tugas akhir di mana bagian utamanya
(bagian analisa dan kesimpulan) hanya 10 halaman, sementara bagian pen-
dahuluan dan teori mencapai 90 halaman. Porsi seperti ini tidak seimbang.
Sebaiknya kurangi bagian teori pendukung dan arahkan pembaca untuk
membaca buku referensi saja.
Struktur isi dari tulisan Anda bergantung kepada jenisnya, apakah dia
merupakan makalah atau thesis. Namun secara umum, isinya diurut seperti
berikut:
• Bagian Pendahuluan. Bagian ini biasanya berisi latar belakang
penelitian. Biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa
penelitian ini dilakukan, apa fokus dari penelitian, apa yang menjadi
batasannya. Survey terhadap karya-karya orang lain yang mirip bisa
dituliskan pada bagian ini (atau pada bagian teori pendukung).
• Bagian Teori Pendukung. Bagian ini biasanya berisi teori-teori
atau hal-hal yang menjadi pendukung dari penelitian yang dilakukan.
Bagian ini jangan terlalu mendominasi tulisan Anda. Usahakan singkat
dan arahkan pembaca kepada referensi yang Anda gunakan.
• Bagian Isi. Bagian ini merupakan pokok utama dari tulisan Anda.
Pada bagian ini Anda menjelaskan desain yang Anda lakukan, im-
plementasi, pengujian, dan hal-hal lain yang merupakan laporan dari
pekerjaan Anda. Bagian ini bisa terdiri dari beberapa bab, sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, Anda bisa membuat satu bab mengenai implementasi dan satu bab lagi mengenai pengujiannya. Dasar-
dasar kesimpulan ditarik atau diutarakan pada bagian ini. Nanti pada
bagian penutup ini dapat dituliskan kembali.
• Bagian Penutup. Bagian ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian ini
hanya merangkumkan pokok-pokok yang menarik saja. Perlu diper-
hatikan bahwa hal-hal yang muncul pada bagian ini semestinya sudah
muncul pada bagian isi. Akan aneh jika Anda mengambil kesimpulan
yang tidak pernah muncul dalam bab sebelumnya. Bagaimana Anda
bisa sampai kepada kesimpulan tersebut?
2.3
Penulisan Bagian Abstrak
Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat
singkat. Sangat sering saya memeriksa laporan, makalah, dan tulisan lain
yang abstraknya kurang baik. Sebagai panduan, bayangkan seorang pemba-
ca yang ingin mengetahui isi dari tulisan Anda. Dengan membaca abstrak
dia harus dapat mengetahui isi tulisan Anda. Jika isinya cocok, maka dia
dapat membaca lebih lanjut. Jika isinya tidak cocok, maka dia bisa mencari
tulisan lain. Hal ini sangat bermanfaat untuk menghemat waktu dari para
pembaca. Ketika Anda sedang melakukan penelitian maka Anda akan bert-
erima kasih kepada penulis yang menuliskan abstraknya dengan baik. Jadi,
tulislah abstrak dengan baik.
Untuk makalah, biasanya abstrak itu hanya terdiri dari satu atau dua
paragraf saja. Sementara itu untuk thesis dan tugas akhir, abstrak biasanya
dibatasi satu halaman. Untuk itu isi dari abstrak tidak perlu “berbunga-
bunga” dan berpanjang lebar dengan latar belakang, cukup langsung kepada
intinya saja. Memang kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana caranya
merangkumkan semua cerita menjadi satu halaman. Justru itu tantangan-
nya.
Ada juga tulisan ilmiah yang membutuhkan extended abstract. Extend-
ed abstract merupakan abstrak yang lebih panjang, yang biasanya disertai
dengan data-data yang lebih mendukung. Biasanya extended abstract ini
dibutuhkan ketika kita mengirimkan makalah untuk seminar atau konferen-
si.
2.4
Penulisan Bagian Kesimpulan
Salah satu bagian yang menjadi favorit saya dalam menilai sebuah thesis
atau laporan tugas akhir adalah bagian Kesimpulan. Kesalahan pada bagian
ini sangat mudah dicermati.
7
Seringkali mahasiswa menuliskan kesimpulan yang sebetulnya bukan hasil
dari penelitian yang dilakukannya. Atau kesimpulan yang dituliskannya
tersebut tidak dibuktikan dalam penelitiannya. Tiba-tiba muncul perny-
ataan pada bagian kesimpulan.
Atau, kesimpulannya sebetulnya merupakan common sense, atau penge-
tahuan yang sudah diketahui secara umum. Sebagai contoh, apa yang salah
dari kesimpulan berikut.
Program (software) ini berjalan lebih cepat pada komputer Pen-
tium IV dengan kecepatan 1 GHz, dibandingkan jika dia di-
jalankan di komputer Pentium II dengan kecepatan 233 MHz.
Kesimpulan seharusnya merupakan hasil penelitian Anda. Dengan kata
lain, jika tidak ada penelitian yang Anda lakukan maka kesimpulan terse-
but tidak dapat ditarik. Dalam contoh di atas, jika Anda tidak memband-
ingkan program Anda dengan kedua jenis komputer tersebut maka Anda
tidak boleh menuliskannya dalam kesimpulan.
Salah satu cara untuk menguji apakah yang Anda tulis layak masuk
dalam kesimpulan adalah dengan mencoba melengkapi kalimat berikut: “Sete-
lah saya uji, ternyata .... Perhatikan kata-kata (yang diisi dengan titik-
titik) setelah kata “ternyata” pada kalimat di atas. Kata-kata tersebut bisa
menjadi bagian dari kesimpulan.
Cara lain untuk menguji layaknya sesuatu “hal” masuk ke dalam kesim-
pulan Anda adalah menjawab pertanyaan berikut: “Apakah tanpa penelitian
Anda maka orang tidak dapat mengambil kesimpulan tersebut?”. Jika ya,
maka “hal” tersebut bisa menjadi kesimpulan Anda. Jika tanpa penelitian
Anda orang sudah dapat menarik kesimpulan maka “temuan” Anda terse-
but mungkin tidak layak masuk ke bagian kesimpulan. Mungkin dia sudah
menjadi pengetahuan umum.
2.5
Layout halaman
Layout halaman merupakan bagian yang sering diabaikan. Memang dia
merupakan masalah yang tidak terlalu penting (minor). Akan tetapi dia
cukup mengganggu pandangan pada saat membaca. Masalah layout tidak
terjadi jika mahasiswa menggunakan document processing system seperti
A
L TEX [2]. Namun masih banyak mahasiswa yang menggunakan word proces-
sor dan mengarang layout sendiri. Seringkali, dia gagal dalam menampilkan
layout yang baik.
Seringkali institusi pendidikan (universitas) memberikan panduan layout
dari laporan tugas akhir atau thesis. Cari tahu tentang panduan tersebut
dan perhatikan aturan yang diberikan. Jangan seenaknya sendiri!
Peletakan nomor halaman, terutama pada awal Bab, merupakan hal
yang sering mengganggu. Jangan letakkan nomor halaman pada kanan atas
pada awal Bab.
8
2.6
Pemilihan font
Tulisan resmi, seperti thesis, biasanya menggunakan font “Times Roman”
A
atau sejenisnya, seperti “Computer Modern” jika menggunakan L TEX. Be-
sarnya dari huruf biasanya 12 point. Namun, perhatikan aturan atau pan-
duan yang berlaku di tempat Anda. Jika tidak ada aturan, maka Anda
dapat memilih sendiri font tersebut. Namun perlu diingat bahwa tulisan
Anda diperuntukan kepada para pembaca. Jadi, buatlah tulisan yang mu-
dah dibaca oleh pembaca (bukan oleh Anda sendiri).
Ada dua jenis (mahasiswa) penulis karya ilmiah; yang tidak peduli den-
gan pemilihan font, dan ada yang kebablasan memilih font yang bermacam-
macam sehingga kelihatannya norak. Banyak sekali pilihan fonts yang bisa
dicoba-coba. Bidang typesetting ini merupakan bidang yang tidak saya
kuasai. Saya pernah mencoba membaca buku Metafont karangan Donald
Knuth, namun tidak berhasil saya mengerti. Jadi saya putuskan untuk
menggunakan apa kata orang yang lebih mengerti dalam pemilihan font sa-
ja. Untuk tulisan-tulisan pribadi, saya bebas bereksperimen dengan fonts
yang aneh-aneh (yang bisa diambil dari Internet).
Perlu juga dibedakan penggunaan font untuk bagian yang berupa con-
toh. Pada tulisan yang berhubungan dengan dunia komputer, biasanya
contoh-contoh dituliskan dengan font yang monospaced seperti “Courier”.
DOS:> DIR
unix$ cat README.txt
Ini contoh font untuk menampilkan program komputer.
Perhatikan spasinya yang konstan.
Kadang-kadang penggunaan font dilakukan untuk membedakan mana
tampilan dari komputer dan mana perintah yang diketikkan oleh pengguna.
Buku-buku komputer terbitan O’Reilly dapat menjadi contoh yang bagus
tentang penggunaan font untuk artikel yang berhubungan dengan dunia
komputer.
2.7
Penulisan rumus matematik
Ini salah satu masalah yang saya hadapi dalam menggunakan word processor
biasa. Penulisan persamaan atau rumus matematik sering dilakukan dengan
sembarangan. Porsi antara subscript, superscript, simbol-simbol sering tidak
diperhatikan. Umumnya mahasiswa seenaknya dalam menuliskan rumus-
rumus tersebut.
Penggunaan tools seperti MathType sangat membantu. Namun hal ini
masih jarang dilakukan.
A
Jika Anda menggunakan TEX atau L TEX, maka masalah ini dapat di-
atasi karena dia sudah menyesuaikan ukuran simbol-simbol tersebut. Mohon
9
A
maaf jika saya bolak balik mengambil referensi L TEX. Hal ini memang dise-
babkan dia sangat baik untuk memproses dokumen teknis seperti thesis atau
tugas akhir.
10
Bab 3
Penggunaan Bahasa
Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah
Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Namun herannya kualitas tulisan
mahasiswa yang saya evaluasi sangat menyedihkan. Di mana salahnya?
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan thesis atau tu-
gas akhir, antara lain dapat dilihat pada list di bawah ini.
• Membuat kalimat yang panjang sekali sehinggai tidak jelas mana sub-
jek dan predikat. Biasanya, kesalahan ini muncul dengan menggu-
nakan kata “yang” berulang kali atau dengan menggunakan tanda ba-
ca koma.
• Menggunakan bahasa yang “berbunga-bunga” dan tidak langsung to
the point. Pembaca akan lelah membacanya. Mengapa penulis tidak
hemat dengan kata-katanya?
• Membuat kalimat yang tidak ada subjeknya.
• Kurang tepat dalam menggunakan tanda baca. Misalnya, ada tanda
baca titik (atau koma) yang lepas sendirian pada satu baris. (Hal ini
disebabkan karena tanda titik tersebut tidak menempel pada sebuah
kata.)
• Salah dalam cara menuliskan istilah asing atau dalam cara mengadopsi
istilah asing.
• Mencampur-adukkan istilah asing dan bahasa Indonesia sehingga mem-
bingungkan.
• Menuliskan dalam kalimat yang membingungkan (biasanya dalam journal-
journal). Apakah tujuannya adalah mempersulit para reviewer makalah
sehingga makalahnya diloloskan?
11
• Membuat terjemahan yang kurang sempurna. Contoh di bawah ini
saya peroleh dari tugas seorang mahasiswa saya. Apakah Anda menger-
ti kalimat di bawah ini? Saya tidak mengerti.
Banyak alternatif teknik telah diusulkan bagaimanapun, telah
ada tidak ada acuan secara menyeluruh dalam satu bentuk
mencakup tentang public-key, teknik umum yang mencakup
persetujuan kunci, public-key encryption, tandatangan digi-
tal, dan identifikasi dari beberapa mathematical, seperti log-
aritma terpisah, bilangan bulat factorisasi, dan kurva ellip.
Ada banyak contoh lain seperti di atas. Terjemahan yang tidak sem-
purna ini mudah sekali dideteksi. Jika Anda membuat tulisan seperti
di atas, otomatis tulisan Anda tersebut akan ditolak.
Selain kesalahan tersebut di atas, ada lagi penggunakan bahasa yang
kurang sesuai dengan selera saya. Mungkin hal ini tidak salah, tapi saya
merasa kurang “pas” dalam membacanya. Contoh yang saya maksud antara
lain menggunakan kata-kata “Sebagaimana yang kita ketahui bersama, ...”.
Jika sudah diketahui bersama, mengapa perlu dieksplorasi berpanjang lebar?
3.1
Bahasa Indonesia dan Istilah Teknis
Ada pendapat bahwa Bahasa Indonesia kurang cocok untuk digunakan dalam
penulisan ilmiah karena banyaknya istilah teknis yang tidak ada padan
katanya di dalam Bahasa Indonesia. Mungkin ini ada benarnya. Namun
harusnya tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki masalah, karena
bahasa lainpun memiliki masalah yang sama.
Kita tidak dapat menyerah untuk tidak menuliskan karya ilmiah dalam
Bahasa Indonesia. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak memaksakan
kehendak dengan menggunakan istilah-istilah yang dipaksakan di-Indonesia-
kan. (Bagian lain akan membahas tentang penulisan istilah asing.)
3.2
Menuliskan istilah asing
Dokumen teknis biasanya penuh dengan istilah-istilah. Apalagi di dunia
Teknik Elektro di mana komputer, telekomunikasi, dan Internet sudah ada
di mana-mana, istilah komputer sangat banyak. Masalahnya adalah apakah
kita terjemahkan istilah tersebut? atau kita biarkan? atau kombinasi?
Ada juga istilah asing yang sebenarnya ada padan katanya di dalam Ba-
hasa Indonesia. Namun mahasiswa sering menggunakan kata asing tersebut
dan meng-Indonesia-kannya. Contoh kata yang sering digunakan adalah ka-
ta “existing” yang diterjemahkan menjadi “eksisting”. Menurut saya, peng-
gunaan kata “eksisting” ini kurang tepat.
12
Saya sendiri tidak termasuk orang yang suka memaksakan kata-kata
Bahasa Indonesia yang sulit dimengerti. Ada beberapa kata yang menu-
rut saya terasa janggal dan bahkan membingungkan bagi para pembaca.
Kata-kata tersebut antara lain: tunak, mangkus, sangkil. Tahukah Anda
makna kata tersebut? Apa padan katanya dalam bahasa Inggris? Mengapa
tidak menggunakan kata dalam bahasa Inggrisnya saja? Penerjemahan yang
memaksakan kehendak ini membuat banyak dosen dan mahasiswa lebih suka
menggunakan buku teks dalam bahasa Inggris.
Anekdot. Di dalam pelajaran matematika (trigonometri) yang
menggunakan bahasa Indonesia ada istilah sinus, cosinus, dan
seterusnya. Ketika saya bersekolah di luar negeri dan berdiskusi
dengan kawan (tentunya dalam bahasa Inggris), tidak sengaja
saya mengucapkan kata “sinus”. Mereka bingung. Sinus dalam
bahasa Inggris artinya sakit kepala! Memang matematika bisa
membuat sakit kepala, tapi bukan itu yang saya maksud. Ini
salah satu kendala kalau kita memaksakan menggunakan bahasa
kita sendiri. Oh ya, dalam trigonometri yang bahasa Inggris
istilah yang digunakan adalah sine, cosine, dan seterusnya.
Istilah asing atau teknis yang tidak dapat diterjemahkan (atau akan
menyulitkan pembahasan jika diterjemahkan) dapat ditulis dalam bahasa
aslinya dengan menggunakan italics atau cetak miring.
Bagaimana jika dalam judul kita ada istilah asing yang sulit diterjemahkan?
Apakah kita tulis miring? Ataukah kita biarkan saja sama dengan lainnya?
Pendapat saya, jika kita ingin mematuhi aturan (being a purist) maka kata
tersebut harus dicetak miring. Akibatnya kadang-kadang tampilannya men-
jadi agak “aneh”, menurut selera saya (mungkin tidak untuk pembaca yang
lain?). Jadi saya usulkan untuk tetap membuatnya berbeda dengan tulisan
yang dalam bahasa Indonesia. Perbedaannya itulah yang lebih penting. Bi-
la seluruh tulisan dicetak miring, maka istilah asing justru tidak dicetak
miring. (Jika Anda memiliki informasi lain atau pendapat yang berbeda,
mohon saya diberitahu.)
13
Bab 4
Mengutip dan Menuliskan
Daftar Pustaka
Kesalahan yang paling sering terjadi dalam pembuatan karya tulis ilmiah
adalah dalam mengutip dan menuliskan daftar pustaka. Seringkali maha-
siswa tidak mau belajar dan tidak mau mencari tahu mengapa daftar pusta-
ka ditulis sedemikian rupa. Mereka lebih sering mencontoh dari thesis atau
tugas akhir sebelumnya tanpa mengetahui aturan sesungguhnya.
4.1
Mengutip
Seringkali penulis malu-malu dalam menuliskan sumber referensinya. Ada
anggapan bahwa semua yang dikerjakannya harus kelihatan orisinal. Pada-
hal mengutip karya orang lain bukanlah sebuah kegiatan yang rendah, bahkan
dia menunjukkan bahwa sang penulis sudah mengerjakan “pekerjaan rumah-
nya”. Jadi jangan ragu-ragu dalam memberikan sumber rujukan.
Salah mengutip dapat berakibat fatal karena penbaca akan menyangka
bahwa pernyataan tersebut merupakan pernyataan penulis atau hasil karya
penulis sendiri. Hal ini dapat dianggap sebagai kegiatan plagiat, atau meny-
ontek kelas kakap. Akibat dari plagiat bisa bermacam-macam:
• dikucilkan dari lingkungan akademis,
• diberikan sanksi akademis,
• dipecat dari perguruan tinggi.
Saya pernah mengevaluasi sebuah laporan tugas akhir di mana satu bab
persis sama dengan satu bab dari tugas akhir orang lain. Ini sama dengan
mencuri dengan jejak yang sangat jelas. Setiap orang yang membaca kedua
tugas akhir tersebut akan dengan jelas melihat persamaannya. Bodoh amat!.
Jangan lakukan hal ini.
14
Mengutip yang baik biasanya menggunakan paraphrase, yaitu menuliskan
kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa Anda. Ji-
ka hal ini tidak dapat dilakukan, misalnya kata-kata yang dikutip memang
sudah sangat baik (atau sudah sangat populer), maka tuliskan apa adanya
dengan menggunakan tanda kutip.
Menuliskan sumber referensi dalam tulisan dapat dilakukan dengan berma-
cam cara sesuai dengan standar yang digunakan. Di setiap bidang keilmuan
ada journal yang menjadi acuan dalam penulisan. Sebagai contoh, dalam
bidang saya (bidang Teknik Elektro) journal yang terkenal adalah yang dari
IEEE1 . Untuk itu standar IEEE2 merupakan standar yang sebaiknya digu-
nakan dalam bidang saya. Di bidang lain, ada standar dari ACM3 . Mana
yang lebih baik? Tidak ada yang lebih baik. Ini hanya sekedar standar saja.
Ikuti standar yang digunakan di tempat Anda.
Hal yang sering terlupakan juga adalah menuliskan sumber rujukan dari
gambar atau tabel yang diperoleh dari sumber lain. Adanya perangkat
scanner memudahkan kita untuk mengambil gambar dari buku, makalah,
atau sumber referensi lain. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya.
Juga jangan lupa jaga kualitas dari gambar yang digunakan. Seringkali saya
mendapati gambar yang hampir tidak dapat terbaca. Percuma saja gambar
tersebut dimasukkan ke dalam tulisan Anda jika tidak dapat dibaca.
Untuk salah satu standar IEEE, sumber referensi dituliskan dengan
menggunakan tanda kurung kotak seperti contoh ini [Referensi]. Penulisan
“Referensi” dapat dilakukan dengan menggunakan angka, atau singkatan
nama penulis (sesuai dengan aturan tertentu). Tujuan penulisan referensi
ini agar pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak dapat mencari refer-
ensi ini di bagian “Daftar Pustaka” atau “Referensi” yang biasanya terdapat
di bagian akhir dari tulisan. (Standar di tempat lain ada yang menggunakan
footnote sebagai metoda penulisan sumber referensi. Ini sah-sah saja.)
A
Saya suka menggunakan L TEX, sebuah document processing system,
yang mempermudah penulisan daftar pustaka dan pengorganisasiannya4 .
Bahkan dia mengurutkan daftar pustaka secara otomatis. Sayang sekali sis-
tem ini kurang terkenal di Indonesia yang mahasiswanya lebih suka meng-
gunakan wordprocessor tanpa memiliki pengetahuan dasar mengenai layout
penulisan.
4.2
Menuliskan Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi daftar sumber rujukan yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah Anda. Untuk itu perhatikan hal ini dalam menuliskan daftar
1
http://www.ieee.org
http://www.ece.uiuc.edu/pubs/ref guides/ieee.html
3
http://www.acm.org
4
A
Tulisan ini juga dibuat dengan menggunakan L TEX.
2
15
pustaka.
Seringkali ada mahasiswa yang menuliskan referensi yang tidak digu-
nakan (tidak ada rujukan kepada referensi ini) di dalam tulisan. Mungkin
dia melakukannya untuk menunjukkan (pamer?) bahwa dia telah membaca
buku tersebut?. Atau penambahan daftar pustaka ini untuk menggemukkan
(menebalkan) buku thesisnya? Jangan lakukan hal ini. Tuliskan apa adanya.
Jika Anda tidak menggunakan buku tersebut, jangan tambahkan di daftar
pustaka.
Sumber rujukan sebaiknya ditulis dalam format yang baik dan rinci se-
hingga pembaca yang akan mencari sumber rujukan tersebut dapat men-
carinya dengan mudah. Standar penulisan bergantung kepada journal atau
media yang akan menerbitkan tulisan tersebut. Sebagai contoh, ada standar
yang menuliskan judul buku dalam format italics (miring). Sementara itu
ada juga journal lain yang tidak mengharuskan demikian. Untuk itu cek
dengan standar yang ada di tempat Anda. Untuk thesis atau laporan tugas
akhir, cek dengan perguruan tinggi Anda.
Sumber rujukan dituliskan secara berurut. Urutan dapat ditentukan oleh
beberapa hal. Ada journal yang mengurutkan sumber rujukan berdasarkan
urutan munculnya referensi tersebut dalam kutipan di tulisan. Ada juga
yang mengurutkan berdasarkan nama penulis dari sumber referensi. Perlu
diingat bahwa biasanya di dunia internasional, pengurutan nama ini meng-
gunakan nama belakang (last name, family name). Bagi orang Indonesia,
hal ini sering membingungkan karena kita mengurutkan nama dengan dasar
nama depan.
Saya sendiri tidak terlalu pusing dengan melakukan pengurutan ini (ju-
ga dengan format penulisan sumber referensi tersebut) karena saya menggu-
A
A
nakan L TEX. Anda bisa melihat hasil yang dilakukan L TEX dengan melihat
layout (termasuk penulisan daftar pustaka) dari tulisan ini.